Sastrawan Balai Pustaka

Mungkin tidak banyak teman sebaya yang mengenal Merari Siregar, Sutan Takdir Alisjahbana, Abdul Moeis, Marah Roesli, Ali Akbar Navis, atau Armijn Pane. Apalagi generasi anak zaman Sekarang (2000an), mungkin sangat sedikit yang pernah membaca karya-karyanya. Berbeda jika ditanya tentang Chairil Anwar, bisa jadi yang tahu tentang beliau lebih banyak. Maklum saja, karyanya yang berjudul “AKU” disisipkan ke dalam Film “Ada Apa Dengan Cinta”, anak muda pun langsung berbondong-bondong mencari karyanya.

Lantas siapakah Merari Siregar, Sutan Takdir Alisjahbana, Abdul Moeis, Marah Roesli, Ali Akbar Navis, dan Armijn Pane? Ya, mereka adalah sastrawan-sastrawan terkenal yang hidup di era awal abad ke-20. Beberapa karyanya diterbitkan oleh Balai Pustaka. Buku-bukunya secara tak sengaja saya nikmati sedari menginjak bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Merekalah yang mengenalkan saya pada dunia sastra.

Dengan menyelami karya-karyanya  saya seakan menyelami arti kehidupan, cinta, kasih sayang, sampai penderitaan dan pahit getirnya lika liku hidup manusia. Dengan gaya penulisannya yang kental akan sastra melayu membuat saya sedikit banyak mengenal keindahan sastra. Tanpa sadar pernah pula menjadi pujangga gara-gara sering membaca sajak dan prosa.

Si Jamin dan Si Johan
sumber: http://bukubukubekas.wordpress.com
Sebut saja Novel “Si Jamin dan Si Johan” karya Merari Siregar, saya sampai menangis sesenggukan di sudut kamar. Ceritanya yang menyayat kalbu sungguh membuat iba tiap insan yang memiliki jiwa. Ada pula karyanya  Sutan Takdir Alisjahbana yang pernah saya baca berjudul “Tak Putus Dirundung Malang”, “Layar Terkembang” dan “Anak Perawan di Sarang Penyamun”. Saya dapati juga di rak buku perpustakaan sekolah terselip buku karya Abdul Moeis yang berjudul “Salah Asuhan”.

Siapa yang tidak tahu “Siti Nurbaya”? tapi apakah kita pernah membaca Novelnya Marah Roesli yang berjudul “Siti Nurbaya”? sebuah kisah roman tentang seorang gadis yang dipaksa menikah oleh ayahnya demi membayar hutang sedangkan cintanya kepada lelaki lain harus dipendam dalam-dalam. Mungkin karya inilah yang lebih dahulu saya kenal dibanding kisah romeo dan Juliet. Pernah pula saya lahap Novelnya Haji Ali Akbar Navis yang berjudul “Robohnya Surau Kami”. Tak ketinggalan “Belenggu” karya Armijn Pane pun tak sengaja pernah saya nikmati.

Saya bersyukur telah mengenal sastra dan cinta membaca sejak di bangku Sekolah Dasar, meski sempat terhenti ketika kuliah, akan saya cairkan kembali semangat yang membeku itu. Suatu saat akan saya buat perpustakaan pribadi yang berisi berbagai macam buku sastra dan Ilmu Pengetahuan agar anak saya kelak dapat membuka jendela dunia hingga paham mengayuh bahtera.
Bingkailah Cita-cita dengan membaca
Susunlah kata demi kata daftar impiannya
Lantas Kejar… kejarlah semua cita-cita
Sampai raga meregang nyawa
aku akan tetap membaca
Hingga tiada kata yang terlihat di mata
Barulah ku bisa tenang menghadap sang Pencipta
 Sumedang, 29 September 2014

Related Posts:

0 Response to "Sastrawan Balai Pustaka"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan

Bila tidak memiliki ID blogger bisa menggunakan Name/URL lalu masukkan Nama dan URL facebook/twitter anda. hindari menggunakan Anonim, Terima kasih.